Pagi hari ketika terbangun, masih dalam posisi yang sama saat kami tertidur. Kulihat bersandar didadaku Risa masih tertidur. Aku beringsut dan mengambil HP di meja sebelah kiriku. Kulihat jam di HP, jam 6 lewat 10 menit. Kuletakkan kembali HP dan kemudian kupeluk tubuh Risa. Rasanya belum bosan untuk terus menjamah seluruh badan wanita ini dan mencabulinya. Dia terbangun.
“Dah pagi… jam berapa mas?” tanyanya.
“Jam enam lewat sepuluh,” jawabku sambil mencium keningnya.
Dia hanya tersenyum kemudian kembali membenamkan kepalanya di dadaku.
“Bangun yuk, mandi biar nanti gak terlambat ke kantor pusat.” ajakku. Tak ada jawaban.
“Sayang ……. ayo bangun, nanti terlambat loh…” kembali kuulangi perkataanku.
“Males…mas..” risa menjawab pelan sambil mendongakkan kepala ke wajahku dengan wajah malas-malasan.
“loh… kok males kenapa? apa masih capek atau kenapa?” sambil kubelai kepalanya. Tak ada sahutan.
“Kenapa sayang…….” kembali kutanya.
“Jadi kepikiran aja. Tar aku kerja sekantor dan jadi anak buah mas… padahal kita …..” tak diteruskannya kalimat itu.
“Dan semua anak buah Mas pasti tahu… Pasti suasananya jadi gak enak ntar dikantor….Nanti anak buah Mas yg lain menganggap aku diistimewakan. Pastinya Mas juga nggak akan bisa marah atau mungkin sungkan untuk menegur Risa kalau ada kesalahan… Iya kan Mas? Tar pasti Risa jadi bahan omongan temen-temen sekantor.” jelasnya panjang lebar dengan kepalanya yg masih disandarkan didadaku.
Sejenak baru terpikir olehku benar juga apa yg dikatakannya. Aku menjadi terdiam sesaat.
“Sayang….. tar kan bisa mas tempatkan di kantor cabang yg lain yg gak sekantor dengan Mas. Kantor cabang barunya kan gak satu tempat aja, ada 3 tempat. Tar kamu pilih aja mo di cabang yang mana, yang sekiranya enak” ujarku mencoba meyakinkannya.
“Tetep aja tar jadi bahan omongan. Tuh si Risa kan pacarnya Pak ivan.” jawabnya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya barusan. Perkataan kalau dia adalah pacarku. Sejak kapan ya jadian? Baru kemaren aja mulai deketnya dan belum ada komitmen.
Mungkin bener kata teman-temanku. Kalau kita pernah ML, mulai saat itu cewek tersebut akan langsung merasa ada ikatan khusus yg lebih dalam dan punya feeling yang lebih tajam ke cowoknya. Kecuali kalau emang dari awalnya cuman mau One Night Stand.
“Mmm… Say…. Emang gak boleh ya seorang pimpinan suka ma anak buahnya? Kan banyak tuh pimpinan yang masih bujangan akhirnya married ma anak buahnya…” sahutku kemudian.
Risa cuma terdiam.
“Udahlah say…. gak usah terlalu dipikirin yang kayak gituan. Tar gampang, bisa diatur.. Yuk ah buruan mandi..” sambil kusingkirkan selimut kutarik tangan risa untuk bangkit dan menuju ke kamar mandi.
Di kamar mandi kulumuri semua badannya dengan sabun. Begitu juga Risa melumuri seluruh badanku dengan sabun dan mulai menggosok -gosok sabun di badanku hingga berbusa. Terasa sensai tersendiri ketika aku bisa menjamahi seluruh yang licin karena sabun.
Bathup sudah 3/4 bagian terisi air hangat. Aku segera berendam disitu, sementara Risa masih membersihkan sisa sabun dengan air dari shower. Setelah selesai dia mengikutiku masuk ke bathup dengan posisi membelakangiku. Dengan posisi memeluknya dari belakang, aku bisa bermain dengan pangkal paha dan payudaranya.
Tiba-tiba dia berdiri dan berbalik mengambil posisi dengan lutut tertekuk ke belakang. Kemudian dia menurunkan pantatnya sehingga vaginanya beradu dengan kemaluanku. Dia gesekkan beberapakali sehingga kemaluanku yang sedari tadi sudah menegang semakin mengeras. Tampaknya sekarang dia sudah berani berinisiatif. Mungkin karena semalam dia benar-benar merasakan suatu kenikmatan yang luarbiasa sehingga sekarang dia mulai ketagihan dan ingin mendapatkannya kembali.
Setelah beberapa saat dia menuntun penisku memasuki liang senggamanya. Saat menurunkan kembali pantatnya, otot ku yang sudah mengeras langsung masuk hingga ke dalam hingga pintu rahimnya. Risa terpekik kecil kemudian diam sesaat.
Sepertinya sedang menikmati benda yang semalam telah membuatnya menerima siksaan birahi saat ini sudah berada di pintu rahimnya. Sambil memegangi dadaku pelan-pelan diangkat dan diturunkan pantatnya. Beberapa kali dia mendesah tertahan. Sengaja aku hanya diam karena saat ini sepertinya dia sedang mencoba mencari kenikmatannya sendiri.
Beberapa saat kemidian tangannya segera menuntun tanganku ke dadanya agar dia bisa mendapatkan kenikmatan yang lainnya. Aku menggesek-gesekkan telapak tanganku dengan halus ke putingnya yang sudah mulai mengeras agar tidak lecet, karena dengan posisi ini jari-jaiku tak bisa leluasa memberikan sentuhan di ujung putingnya. Dia menggelinjang dah mendesah pelan.
“Mas…..” seucap kata keluar dari mulutnya pelan dengan tatapan mata memelas beberapa saat kemudian.
Saat ini aku sudah bisa memahami maksud kata itu. Sambil berpegangan di bathup dia semakin mempercepat gerakannya. Sekarangpun kedua tanganku telah memegang sepasang payudaranya.
Kupermainkan keduanya. Kadang kusentuh dan ku gesek halus putingnya dengan telapaktanganku, kucubit dan kutarik pelan, kupilin, dan ku tekan payudaranya dengan telapak tanganku. Tubuhnya mulai mengejang. Gerakan pantatnya pun seolah olah ingin agar kemaluanku bisa masuk sedalam-dalamnya di dalam lobang senggamanya. Aku berusaha agar bisa orgasme bersamaan dengannya. Gerakan Risa semakin cepat dan tangannya mencengkeram lenganku.
Dia pun nampak mulai mengejang hebat. Otot-otot vaginanya mulai kurasakan berdenyut-denyut dan penisku pun sudah sangat keras. Kuremas keras kedua payudaranya, saat itu juga Risa menghentikan gerakannya sambil berusaha memasukkan sedalam-dalamnya penisku di liang senggamanya. Risa melenguh panjang. Badannya mengejang, kedua tangannya mencengkeram erat ke dua lenganku. Otot vaginanya semakin kuat berdenyut mencengkeram penisku. Saat itu juga air maniku menyemprot keluar mengisi ruang rahimnya.
Setelah beberapa saat tubuhnya rebah di badanku. Ku belai rambut sebahunya yang basah, kukecup kepalanya pelan. Beberapa saat kemudian dia bangkit.
“Mas…Risa ganti baju dulu ya” ucap Risa memandangku.
“Hm….mmm” sahutku pendek sambil memegang kepalanya, kemudian kucium bibirnya. Risa bangkit dan segera mengeringkan badan, kemudian keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di badannya..
Keluar dari kamar mandi kulihat Risa sedang mencari sesuatu di dalam tasnya. Aku berlalu mengambil tasku, kubuka dan mengambil barang yang semalam telah aku ambil dari tas Risa.
“Lagi nyari ini ya say…..?” kutunjukkan bra dan celana dalam Risa yang semalam kusimpan di dalam tasku.
Dia menoleh ke arahku.
“Loh kok ada disitu?” kata Risa dengan wajah sedikit bingung.
“Mmm… Barang-barang ini untuk sementara Mas sita, selama kamu masih bareng Mas..” kataku nakal.
“Iih…kok gitu sih” sahutnya sambil tersenyum malu.
“Iya…gapapa. Kamu gak usah pake daleman. Mas mau lihat kamu sexi pakai baju tanpa daleman.” kataku menggodanya.
“Huuu…. maunya” sahutnya sambil tersenyum.
Pagi ini Risa memakai blouse lengan panjang putih bergaris-garis hitam, dipadukan dengan rok span hitam di atas lutut. Sedangkan blaser hitamnya belum dia kenakan, masih menggantung di gantungan baju. Karena blouse berwarna putih agak tipis dan ketat maka putingnya nampak tercetak samar dari balik bajunya karena tidak memakai bra. Nampak anggun penampilannya hari ini. Dia berdiri di depan kaca rias.
“Kenapa mas…? ada yang aneh ya?” kalimat Risa membuat aku terhenyak dari keasyikanku yang sedang memandanginya.
“Eh… nggak… kamu kliatan seksi.” sahutku.
Kuhampiri Risa sambil menyentuh puting yang menyembul dibalik baju putihnya.
“Bisa gak jadi berangkat meeting loh mas nanti…kan tadi mas..”
Kalimat Risa tidak selesai karena bibirnya sudah kulumat sambil ku pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan dia pun mengimbanginya. Kedua tanganku bergerak kebawah pantat menyibakkan span hitam yang dipakainya hingga tersingkap di atas pantatnya.
Kuremas pantatnya yang tidak memakai celana dalam itu kuat-kuat dan sedikit kuangkat sambil kumainkan lidahku di mulutnya. Kuangkat kaki kirinya dengan tangan kananku sehingga sekarang jari tangan kiriku bisa meraba vaginanya dari arah belakang. Namun cukup sulit untuk bisa menjangkau lubang senggamanya.
Kulepaskan peganganku dari kaki kirinya dan segera kuputar badan Risa hingga sekarang membelakangiku. Kupeluk dia dari arah belakang sambil tangan kananku membuka 3 kancing bajunya. Sementara dari arah depan tangan kiriku menyingkap keatas rok yang dipakainya dan segera menyentuh vaginanya untuk mencari lubang senggamanya.
Tangan kiri Risa bergayut di balakang leherku. Kuremas payudara kirinya setelah kubuka tadi kancing bajunya. Kumainkan putingnya sementara jari tengahku telah masuk dan bermain-main di dalam lobang vaginanya yang telah basah. Risa hanya menggelinjang merasakan semua sentuhanku.
Kulepas bajunya dan perlahan kurebahkan badannya di pinggir ranjang sehingga kakinya masih menggantung ke bawah. Kusibakkan rok yang dipakainya hingga ke pinggang dan kukangkangkan kakinya. Segera kubenamkan kepalaku di pangkal pahanya dan mulai menjilati bibir vaginanya sambil kuremas ke dua payudaranya.
Risa hanya bisa memegangi kepalaku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan gejolak nafsunnya karena perbuatanku. Ketika lidahku mulai masuk dan bermain di lobang vaginanya dia mendesah sambil meremas kepalaku dengan kedua tangannya.