Monday, December 23, 2024

Kugauli Teman Gym ku

Suatu hari cutiku di Bandung, aku menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi tubuhku. Aku kerja di Jakarta, di sebuah event organizer ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku fitness di sebuah hotel, dengan peralatan fitness yang lengkap. Maklum, pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tidak pernah melewatkan olahragaku yang satu ini. O ya, aku Dary, biasa dipanggil
Ary. Usiaku 30 tahun, dan belum menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan get a life.

Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat wanita-wanita sexy berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, hingga membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng wanita berpakaian sexy tidak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee. Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku membiasakan tidak langsung pulang ke rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian, daripada dengan orang-orang rumah. Orang tuaku termasuk old fashion, yang penuh dengan aturan ketat, walaupun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup
mandiri. Hari itu masih sore sekitar pukul 16. 30. Setelah aku cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku.

Aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan t-shirt tanpa lengan. Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Hanya ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, this is not my lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.

Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua wanita masuk. Ok, this isn’t my unlucky day after all. Aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa wanita lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobic, pikirku. Betul saja ketika seorang wanita berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan
tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur.

Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan. Tiba-tiba seorang wanita masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, rambut panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dengan model tank top dan g-string di pantatnya. Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Woow, sangat seksi.

Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yang menggantung di pundak ditaruhnya dikursi dekat dengan alat yang kupakai. Tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yang kira-kira 36 b ukurannya. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang
masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang pada saat dia melirik walaupun hanya sedetik. Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan
hingga gerakan cepat melompat-lompat sehingga bongkahan payudaranya bergerak turun naik.

Batangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia. Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm
betapa beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sehingga tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan. Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepadaku lewat pantulan cermin.

Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar dipandangi. Aku langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yang kupakai. Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan
terjatuh menyelam ke air. Sama-sama kami berbalik dan setelah berbalik ku sadar yang ku tabrak adalah pantatnya si dia yang telah berganti pakaian renang, potongan high cut di pinggul dengan warna floral biru yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.

“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataku meminta
maaf.
“Nggak kok Mas, aku yang salah, nggak lihat jalur orang berenang”,
jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari
muka hingga bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Dary, biasa dipanggil Ary”, kataku sambil menyodorkan
tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata”Icha, lengkapnya MeIcha”, jawabnya.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher
masing-masing. Kami duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Icha mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Ary aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi
memang baru kesini. Aku kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok,
seberangan. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yang
ada jadwal aerobicnya saja”.
Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang
lebih pribadi. Icha baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu
yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju dengan Icha dan pacarnya
dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Icha
bercerita hingga..
“Lin, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.

Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong
bahunya ke belakang sehingga Icha sedikit tertinggal. Pada saat aku
duluan di seberang..

“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Icha. Dia mengejarku,
sampai akhirnya”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol
kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tidak sengaja
berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membuat batangku
kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan
walau agak renggang.

Kami saling pandang, kemudian Icha memelukku kembali. Kesempatan ini
tidak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin
pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kami.
Batangku yang sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya
Icha, atau tepatnya diatas kemaluan Icha sedikit. Pantat Icha
bergerak mendorong, hingga batangku geli terjepit antara perut Icha dan
perutku. Berulang-ulang Icha melakukan itu, sehingga darahku berdesir.
“Emhh.”., Icha bergumam.

Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, hanya
ada tiga orang selain kami, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan
walau sayang untuk dilakukan.

“Lin, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Icha terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, jawabnya singkat.

Bermain di KOINTOTO menangkan jackpotnya

Kami berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan
bersamaan, menuju ruang sauna yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang
apa yang dilakukan Icha saat di kolam, membuatku menerawang jauh
menyusun rencana dengan Icha selanjutnya.

“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna.
Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu,
sehingga orang lain tidak dapat melihat kami beruda lewat jendela kecil
pintu sauna.

“Lin.”., belum sempat aku bicara, Icha menciumku di bibir.
Bibir kami saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Icha
di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Icha memegang
dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut hingga sampai pada batangku
yang sudah berdiri dari tadi. Icha meremas batangku yang masih
terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa
kenyal dan kencang sekali payudaranya.

Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Icha
membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh..
Ary.. ahh”, Icha melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari
celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Icha sedikit
menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.
“Ary, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Icha berbisik di
telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Icha menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di sini..?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.

Satu-satu kami keluar dari ruang sauna. Icha bergegas ke ruang ganti.
Begitupun diriku. Setelah siap, Icha menenteng tasnya dan kami pun
berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing,
layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key
card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di
ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Icha masih memakai baju
seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking
hitam menggoda. Seksi sekali!

Icha di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali
kujilat leher dan telinganya. Icha meracau memanggil-manggil namaku.
Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat
jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tidak memakai bra
pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku
menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil
dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Icha tidak
memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Icha yang masih terhalang stocking.
Noda basah di bibir vagina tercetak jelas di pantyhosenya. Icha semakin
mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi vaginanya
yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir vagina merah
merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Icha mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.

“Emhh Arryy.. ahh”, Icha sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Icha merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Lin, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.
Icha kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih
menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung
di atasku. Vagina basah Icha terasa di perutku. Rok yang tersingkap
dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya
pun telah lepas.

Icha kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali
digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya
menyapu perutku hingga sampai ke batang penisku yang tegak. Icha
mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa
hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan penisku.
Seluruh batang penisku terbenam di mulut Icha. Sambil dikocok, keluar
masuk mulutnya Icha.

“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Icha menjauhi penisku, aku
bangun dan berlutut di belakang Icha.
“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Icha berteriak
seiring dengan masuknya batang penisku sedikit-demi sedikit lewat celah
stocking yang kugigit tadi.

“Bless.”..Pantat Icha bergerak maju mundur, demikian juga pantatku,
saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Ary.. yes”,
begitulah kalinat tak beraturan meluncur dari mulut Icha, bersamaan
dengan semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Icha menjilati jari-jarinya
sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Icha yang membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot pantatku.

Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Icha berada di atasku.
Icha mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke dalam vagina
basahnya. Icha terlebih dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir
vaginanya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Icha. Centi demi centi
penisku dilahap vagina Icha.

“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap vaginanya.
Icha bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik
pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan saat badanku bangun,
dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang
begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Icha mendesah tanda menikmati genjotannya
sendiri.

Kini kutarik tubuh Icha sehingga ikut berbaring di atas tubuhku. Ku
mulai menggenjot pantatku dari bawah. Icha teridam dan menengadahkan
kepalanya, dan sesaat kemudian Icha berteriak meracau.
“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Icha mengejang, dan berteriak
panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., tanda dia mencapai
orgasme.

Terlepas penisku dari vaginanya tatkala Icha ambruk di sisiku. Icha
ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari
Icha. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu.
Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti
stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah
kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus
Icha, dan membuat dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.
“Please.. Ary.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika
mendapat perlakuanku.

Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan
perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya
dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga
akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Icha, karena kulihat lubang anus
Icha agak sedikit besar dibanding orang yang belum pernah disodomi.
“Lin, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih
berdiri tegak.

“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum
selesai Icha bicara, aku telah menancapkan penisku di anusnya.. begitu
hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat.
Icha pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaku sambil menggenjot
pantat Icha seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder
baby.”., jawabnya.

10 menit aku memompa batang penisku di anusnya, terasa cairan sperma
sudah ada di ujung kepala penisku. Buru-buru kutarik keluar penisku, dan
kubalik Icha menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di muka
Icha. Icha yang tidak siap menerima spermaku di mukanya, mengelengkan
kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya.
Hingga akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk di
mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih
merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa oragasme panjangku.
“God.. Thank you dear.. Icha.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping
Icha.

“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau
mucrat di muka, gitu”, Icha cemberut menjawabnya.
Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10
malam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *