Thursday, December 26, 2024

Pelarian Dalam Nafsu Preman Menyetubuhi Istri Sahabatnya

Vina merasa kecemasannya kian lama kian memuncak.Suaminya menelepon beberapa jam yag lalu dengan nada takut dan seperti dikejar sesuatu.Ramon nama suaminya.Usianya baru 35 tahun,Usia Vina sendiri baru menginjak 27 tahun,namun sebagai pasangan muda mereka belum memiliki anak.

Hingga tidak heran sampai saat ini Vina masih terlihat cantik dengan kulit putih mulus dan pinggang yang ramping,tidak kalah dengan gadis remaja zaman sekarang.. Selain itu karena memang pasangan ini terlahir dari keluarga yang mapan ekonominya maka untuk kecantikan dan kebugaran tubuhnya mereka selalu terjaga.

Ramon adalah seorang pengusaha muda di kota itu.Kehidupannya terlihat amat mapan ekonominya.Hingga saat ini Ramon dan Vina selalu berusaha untuk melakukan segala upaya agar mereka dikaruniai anak,namun belum ada tanda kearah itu.Hingga membuat Ramon terjebak kepada kehidupan malam dan dunia obat-obatan.

Sedang Vina, memang melihat kebiasaan baru suaminya itu dan selalu berusaha melarangnya.Namun Ramon tetap asyik dengan kebiasaan barunya itu, Apalagi pengaruh dari teman temannya amat kental menyelubunginya.Vina tetap asyik dengan kesibukannya dalam bidang usaha yang di wariskan org tuanya.

Suatu hari tanpa ia bayangkan sebelumnya, polisi yang mencium gelagat tidak baik itu, melakukan penggrebekan kesarang tempat kumpul-kumpul Ramon.Dalam penggeledahan itu,beberapa teman Ramon tertangkap. Ramon berhasil kabur dan menghilangkan jejak. Polisipun mengadakan pencarian terhadap Ramon sampai kerumahnya.

Saat itu Vina yang tidak mengetahui masalahnya jadi syok.Ia amat terkejut dan kuatir akan keselamatan suaminya.Hingga beberapa minggu kemudian mereka kehilangan jejak Ramon yang melarikan diri.Beberapa minggu kemudian, Vina ditelepon Ramon dari tempat persembunyiannya.

Ramon berpesan pada Vina agar tenang dan meminta untuk bertemu.Keadaan dirinya saat itu amat tidak mungkin untuk pulang karena masih dicari pihak yang berwajib.
Dengan kegugupan luar biasa, Vina langsung menyambar gagang telepon ketika berbunyi.

“Ha..halo..” suara Vina terdengar gemetar.Suara dari ujung terdengar bising seperti di tengah keramaian.
“Halo Vin..” suara Ramon terdengar noisy dan sangat kecil.“Haloo..”
“Halo Mas..” Vina menjawab gemetar.

“Vin..sementara kamu pergi aja dulu dari situ,” kata Ramon terburu-buru.Vina menyimak dengan konsentrasi penuh karena Ramon mengucapkannya dengan cepat.Vina dianjurkan untuk menghubungi teman Ramon yang bernama Bang Salim yang merupakan seorang preman yang sering mangkal di dekat rumah orangtanya.

Bang Salim ini adalah laki-laki yang berusia 49 tahun dan merupakan org yang amat di tuakan di lingkungan tempat tinggal org tua Ramon.Sosoknya sebagai preman amat kental dan amat disegani di daerahnya.Selain wajahnya yang terlihat sangar dan berkulit legam,ia amat sayang pada Ramon yang sudah ia anggap adiknya itu.

Bang Salim sudah sering keluar masuk penjara, berbagai kasus telah ia jalani dan selama ia di penjara dulu, orang tua Ramon amat berjasa pada keluarganya dengan memberikan mereka bantuan baik moril maupun materiil, hingga membuat Bang Salim merasa berhutang budi pada Ramon.

Selama Ramon melarikan diripun peran dari Bang Salim amat banyak.Sesuai anjuran suaminya Vinapun menemui Bang Salim. Dan disepakati untuk mengunjungi Ramon pada hari yang telah di rencanakan.Sengaja Vina dianjurkan Bang Salim untuk tidak menyetir mobilnya.Sebab mobil itu akan mudah dikenali pihak yang berwajib.Mereka berduapun lalu menaiki mobil angkutan umum yang memakan waktu 6 jam perjalanan dari kota tempat mereka tinggal.

Selama perjalanan Vina dan Bang Salim terlibat pembicaraan yang panjang mulai dari masalah pelarian Ramon hingga merembes kemasalah rumahtangga Vina.Sebagai laki-laki yang normal memang Bang Salim amat mengagumi kecantikan Vina,baik tutur kata maupun pandangannya.Vina terlihat amat dewasa dan tegar meski masalah besar sedang melandanya.

Bang Salim pun merasakan kejengahan jika terlalu lama duduk berdampingan dengan istri dari Ramon yang telah ia anggap adik angkat itu.Apalagi wangi tubuh yang dipancarkan dari parfum Vina amat memnggodanya.Ditambah dengan sikap Vina yang cepat akrab dengan dirinya saat itu.Vinapun yang selama perjalanan amat letih hingga tidak sadar tertidur di bahu bidang Bang Salim.

Sebagai laki-laki dewasa yang masih berpikiran sehat Bang Salimpun membiarkan Vina tertidur beberapa saat di bahunya.Sesekali tanpa sadar tangannyapun memegang jemari Vina yang lembut itu.Hingga kendaraan yang mereka tumpangi sampai ke kota tujuan itu barulah Vina terbangun.

Sesampainya mereka turun di terminal kota itu.Menurut Bang Salim untuk ketempat persembunyian Ramon mereka harus menaiki angkutan desa dan lalu naik ojek lagi, sebab tidak ada angkutan ke desa yang sampai ke dusun itu.Vinapun menyerahkan semuanya pada Bang Salim untuk mencari ojek.

Beberapa saat kemudian ojeknya di dapatkan dengan ongkos yang telah disepakati.Perjalanan menuju ke tempat persembunyian itu memakan waktu kira-kira dua jam perjalanan karena jalannya masih terjal dan penuh batu batuan. Memang tidak lama kemudian merekapun sampai di tempat Ramon yang merupakan sebuah rumah kayu yang terlihat masih kuat dan terletak amat jauh dari jalanan.

Rumah itu jauh dari rumah penduduk lainnya,dan merupakan rumah peninggalan org tua Bang Salim.Rupanya Ramon disembunyikan Bang Salim di kampung halamannya.Mmg untuk beberapa lama Ramon aman di desa itu, karena amat terpencil dan masarakatnya amat memuliakan tamu apalagi keluarga Bang Salim.

Yang namanya suami istri, merekapun lalu menumpahkan kerinduan masing-masing malam itu dengan berhubungan badan di salah satu kamar di rumah itu.Bang Salim memakluminya karena mmg beberapa minggu ini ramon sempat berpuasa hubungan seks.Bang Salim pun hanya dapat mendengar dengusan dan erangan erotis pasangan itu dari kamar sebelahnya.

Biarlah mereka menumpahkan kerinduannya, bisik hatinya.Sebagai laki-laki normal Bang Salimpun mempunyai niat iseng dengan mengintip mereka.Dan alangkah takjubnya ia melihat pergumulan dua anak manusia berlainan jenis itu hingga beberapa babak.Lalu iapun pergi tidur dengan memendam perasaan yang terpendam.

Pagi harinya mereka bangun dan terlihat kedua pasangan itu muncul dengan wajah yang penuh ceria dan rambut yang basah.Dengan senyum kecil Bang Salim sempat menggoda Ramon.Ramon dan Vinapun tersenyum malu.Ia yakin Bang Salim mendengar pertarungannya malam tadi. Vina menginap di tempat Ramon selama dua hari dan selama itu ia manfaatkan untuk berbagi kerinduan.

Mereka tahu mereka akan jarang bertemu, atau mungkin apa yang akan terjadi setelahnya.Dengan berat hati Ramon melepas vina pulang dan Vina pun akan datang dua minggu kemudian atau kalau bisa Bang Salim saja yang membawa keperluan Ramon selama pelariannya.

Sebab jika Vina terlalu sering pergi akan membuatnya di curigai pihak berwajib.Sore itu mereka pulang dengan menaiki ojek ke terminal kota itu. Terminal itu kecil saja. Tak Heran Salim segera mencurigai sebuah jip yang sering dikenalinya parkir dirumah Ramon.

“Dik…kamu lihat mobil itu? tampaknya teman Ramon ada yang mencari sampai kesini, wah bahaya ini’
“Oh iya itu mobil teman Mas Ramon, kok mereka bisa disini ya?” Vina kuatir
“Kamu sembunyi disini, saya coba urus,” ujar Bang Salim tenang.

“Hati-hati Bang!” Vina yang awalnya sangat curiga terhadap preman ini sekarang sudah tumbuh kepercayaannya karena terbukti dialah yang berjasa menyembunyikan suaminya dan mengantarnya kesana. Vina menyadari besarnya pengorbanan dan risiko yang diemban preman jelek ini.

Menit demi menit berlalu, Vina tidak sabar dan cemas menunggu di pelataran toko.Hampir sejam mendadak Salim terhuyung-huyung muncul dari belakang.Vina kaget melihat preman ini babak belur.

“Vin, sudah aman, mereka menanyakan keberadaan suamimu, rupanya ada yang bocorkan kamu pergi sama saya, dan mereka berhasil mencari tahu kampung saya, tapi mereka berhasil saya tipu,” Salim hampir pingsan setelah digebuki kawanan pengedar obat bius.

“Abang harus istirahat dulu, dimana ya? Bagaimana kalau di losmen itu ?” Vina melihat losmen sederhana diseberang jalan. Salim setengah tak sadar dipapah Vina.Vina memesan kamar. Petugas losmen percaya saja, diberi alasan suaminya jatuh dari bis, sedangkan kampungnya masih jauh digunung.

Bahkan segera mengantarkan handuk dan air panas untuk membasuh luka.Salim langsung tertidur setengah pingsan saat dibaringkan ditempat tidur.Dengan telaten Vina melepas sepatu, kaus kaki dan kemeja dan membersihkan luka dan kotoran ditubuh atas si preman.

Vina berdesir ketika menyeka luka berdarah dan menjumpai banyak bekas luka disana.Selayaknya wanita normal dirinya sangat tersanjung mendapati seorang laki-laki berjuang mati-matian demi dirinya, dengan luka yang demikian parah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *