Thursday, December 26, 2024

Di Balik Pintu Kulihat Adik Iparku Di Genjot Pembantunya

Namaku Lily, usia baru 26 tahun dan sudah menikah dengan Michael, suamiku yang berusia 32 tahun. Sudah sekitar 3 tahun ini, kuarungi bahtera rumah tangga. Setelah menikah kami membeli rumah yang lumayan bagus di Kota Wisata, Cibubur. Setiap pagi pukul 6, suamiku yang adalah seorang manager sebuah bank asing berangkat kerja.

Sengaja ia berangkat pagi karena untuk menghindari macet dan dia baru pulang ke rumah sekitar pukul 9 atau 10 malam. Dia memang seorang yang sibuk dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Hingga, akhirnya dia boleh dibilang sukses dalam meniti karirnya.

Oh iya, Michael anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya bernama Linda, seorang wanita berusia 29 tahun, lebih tua sekitar 3 tahun dari aku. Ia sudah menikah dan sudah dikarunia seorang anak perempuan yang berusia 3 tahun. Ia menikah terlebih dahulu, meskipun dia adalah adik suamiku. Katanya yang aku dengar, Linda sudah hamil duluan. Untung pacarnya itu mau bertanggung jawab dan akhirnya menikahinya. Aku pernah bertanya:

“Kapan si Merry (anaknya itu) punya dede?”
“Ah, nanti sekitar 2 tahun lagi” jawabnya.

Linda dengan suaminya tinggal di Sentul City, rumahnya termasuk megah. Jarak satu rumah dengan rumah yang lain cukup jauh. Fasilitasnya pun lengkap, ada kolam renangnya. Di rumah itu, selain Linda tinggal dengan suami (Alex) dan anaknya, ada seorang babysitter yang merawat Merry, sepasang suami istri yang menjadi pembantu rumah dan supirnya.

Pak Abdul yang berusia 55 tahun dan bu Ijah yang berusia 52 tahun. Serta seorang anak Pak dan Bu Abdul, yakni Ujang. Usia Ujang sekitar 25 tahunan. Dia tidak pernah dapat pekerjaan tetap. Selama ini pekerjaannya serabutan, pernah jadi kuli tani, kuli angkut barang di Tanjung Priok dan terakhir menjadi tukang kebun dari rumah ke rumah.

Karena itu kulit Ujang hitam legam. Kelihatan bahwa dia adalah orang yang biasa bekerja kasar. Maklumlah, kata org tuanya, pendidikan Ujang tidak tamat SMP. Karena pekerjaannya yang tidak jelas, maka Alex dan Linda, atas permintaan kedua orang tuanya menerimanya bekerja di rumah mereka. Terkadang pekerjaannya menghidupkan mobil, nyapu ngepel, memotong rumput, membersihkan kolam renang, dsbnya.

Alex dan Linda memiliki 3 mobil, ada Mercy untuk keperluan Alex bekerja. Sebuah Alphard yang biasanya dipakai Merry untuk pergi ke pre-school dgn diantar oleh Pak Abdul dan babbysitternya dan sebuah BMW seri 5 yang biasa dibawa oleh Linda. Meskipun rumah itu besar, praktis rumah itu sepi, apalagi kalau Merry sudah pergi sekitar jam 9 pagi.

Baru pulang sekitar jam 3an lebih. Sedangkan Alex sama seperti Michael. Pergi pagi pulang malam. Bila mereka pergi semua, di rumah besar itu hanya ada Linda, bu Abdul dan Ujang. Terkadang bu Abdul pun sering pulang ke rumahnya, di sebuah kampung yang jaraknya 20 km.

Linda memang senang jalan dan sering ajak aku kalau jalan-jalan. Tempat yang kami kunjungi biasanya mall. Maklum untuk rilex. Perlu diketahui bahwa Linda adalah tipe perempuan yang necis, wangi, dengan pakaian dan tas bermerk. Kulitnya begitu putih. Maklum setiap minggu dia luluran di spa terkenal di daerah Jakarta Pusat.

Kadangkala kalo pergi dengannyaa, terkadang Linda menjadi objek tatapan mata lelaki iseng. Maklumlah, tidak pernah ia memakai pakaian tertutup. Dengan santai dan berani, ia biasa pakai tank top dan rok mini jeansnya. Sehingga belahan dada, dan pahanya selalu menjadi sasaran tatapan mata liar para lelaki yang melihatnya.

Pastilah setiap lelaki yang melihatnya akan terpesona akan keseksiannya. Memang, ci Linda begitu cantik, putih bersih, mulus, dengan dada yang lemayan besar. Pinggang yang ramping. Kalau melihat dia memakai rok mini, betapa putih, segar dan mulusnya paha itu. Akupun yang tadinya agak malu memakai pakaian seperti itu jadi berani juga mencobanya.

Memang betapa bangganya hati ini bila ada yang memperhatikan aku. Aku pun boleh dibilang cantik. Kulitku pun sama putihnya dgn ci Linda. Maklumlah kami adalah orang Chinese dan kebetulan dari keluarga berada. Waktu SMA saja ada 5 cowok temanku yang memperebutkan aku.

Mereka ingin menjadi pacarku. Terkadang, bila ci Linda tidak mengajakku jalan, aku kerap ke rumahnya. Toh hanya sekitar 35 menitan dari rumahku ke rumahnya. Biasanya aku nyetir mobil Camry sendiri. Maklum tidak ada supir. Yang ada hanya pembantu cowok yang tololnya minta ampun.

Usianyapun sebaya dengan Ujang. Nama pembantu di rumahku Otong, usianya pun msh muda, sekitar 23 tahun. Biasanya sekitar jam 10an aku berangkat ke rumah Linda. Begitu sampai di halaman rumah itu, kulihat Ujang menghampiriku. Lho koq Ujang telanjang dada, tidak pakai kaos dan hanya mengenakan celana pendek saja.

“Ah, mungkin sedang sibuk memotong rumput lalu keringetan” begitu pikirku.

Meski badannya kurus, dan mukanya kampungan dan jelek, aku bisa melihat betapa Ujang begitu kekar. Otot-otot tangan dan kakinya begitu kekar. Dengan balutan tubuh yang hitam legam dan tidak terlalu tinggi, aku bisa melihat betapa machonya pemuda ini. Setelah aku masuk ke ruangan tamu Ci Linda menghampiriku. Seperti biasa kami cipika-cipiki dulu sebelum duduk.

“Ci, ngapain aja nih?” tanyaku sambil memperhatikannya.
“Lagi santai aja di rumah. Tuh lagi ngurus tanaman”.

Penampilan ci Linda kali ini sangat seksi sekali. Aku terkagum-kagum oleh tubuhnya yang begitu menantang. Ci Linda mengenakan tank top berwarna putih yang begitu pendek sehingga memperlihatkan setengah payudaranya dan sebagian perutnya. Betapa putih dan mulusnya pangkal lengan, payudara dan perutnya.

Pusernya pun bebas ke mana-mana. Dan, beraninya lagi, dia tidak memakai bh. Jelas puting susunya membayang di balik kaosnya. Celana hotpans berwarna krem yang dikenakannya juga begitu pendek sekali. Bukan hanya pahanya yang kelihatan. Pangkal pahanya dan bongkahan pantatnya yang menawan itu pun begitu menantang. Kalau diperhatikan terus, bisa kelihatan bayang-bayang hitam bulu kemaluannya. Apakah ci Linda tidak pakai cd juga?

“Iya nih hawanya panas, makanya cici pakai baju santai aja. Sambil ngurus tanaman”. “Oh yah ci, sama si Ujang??” kataku, lalu melanjuntukan, “Kan pakaian cici hot banget, nggak pakai bh dan celdam lagi, ntar si Ujang ngaceng lho, hehehehe?” candaku.

“Ah mana berani dia sama aku, paling cuma lihat aja. Paling cuma ngaceng aja. Nggak level lah, hihihi” katanya sambil melihat Ujang yang lagi asyik mencabuti rumput liar di halaman samping.

Tampak keringat Ujang yang menetes melumuri tubuh hitam legamnya.
“Koq si Ujang juga telanjang sih? Apa cici nggak risih?” tanyaku.

“Ah, nggak apa-apa. Cici sih no problem” katanya.Memang Ci Linda dan aku mengakui, meskipun Ujang tampangnya jelek. Tapi badannya perkasa, termasuk idaman perempuan kali.

“Hati-hati aja diperkosa lho ci? Apalagi cici cantik dan seksi. Mana rumah sepi lagi. Cuma cici berdua dengan Ujang” kataku memperingati.

“Oh yah, hehehe. Jangan dong…jangan sampai nggak. Hehehehe”.
Aku kaget dengan kalimat terakhirnya itu. Lalu aku timpali
“Mau ci diperkosa orang kampung? tiko kaya gitu. Hitam dan jelek lagi”

Ci Linda menimpali “Ah, cici kan mesti pilih-pilih dulu. Meskipun sudah jarang dapet jatah batin. Kan mesti selektif”.
Oh rupanya aku ngerti kalo ci Linda sudah jarang dapat nafkah batin dari suaminya. Lalu aku bertanya
“Lha kalo kepengen ci?”
Ci Linda menjawab dengan bercanda “Ada ketimun….hehehe”.

“Ci liat tuh, kelihatannya Ujang tadi ngelirik terus ke cici lho… jangan-jangan dia nafsu juga. Dia ngelirik ke payudara dan paha cici terus. Daripada pakai ketimun ci, enakan yang asli lho. Hehehe. Kelihatannya sudah ngaceng tuh si Ujang” aku menggodanya.

“Memang gede banget…eh nggak, bisa aja sih begitu. Ah kamu ada-ada aja nih?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *