Tuesday, December 24, 2024

MENDUA DENGAN PERAWAN

image-16 MENDUA DENGAN PERAWAN

Kedatangan Ayah Tika dari luar negeri kini membuat hubunganku dengan Tika menjadi renggang, karena sudah hampir tidak ada waktu lagi bersama Tika. Ayahnya yang mempunyai rasa kekhawatiran berlebih selalu tepat waktu dalam antar jemput Tika di sekolah ditambah kami beda kelas sehingga jarang sekali ada komunikasi, namun dengan keadaan seperti ini kami mencoba saling mengerti dan memahami.

Aku mengalihkan kegiatanku dengan bermain futsal bersama teman-teman sekelasku ditambah beberapa teman dari kelas lainnya.

Suatu ketika kami tanding persahabatan dengan sekolah lainnya, kita semua bermain seperti biasanya bahkan penuh dengan canda tawa, anggap saja refreshing sepekan penuh diisi dengan banyaknya pelajaran di sekolah.

Namun ada hal aneh terjadi ketika pertengahan pertandingan, aku yang saat itu sedang istirahat dikagetkan dengan kedatangan Raini bersama teman sekelasku yaitu Sari.

“Gimana ini pertandingannya?” Tanya Raini kepada teman-teman yang sedang istirahat.

“Kita sih main tidak peduli sama skor yang penting bisa olahraga untuk kesehatan bersama dan senang-senang aja menyalurkan hobby.” Sahut salah satu dari kami mewakili semua jawaban.

Kita semua menikmati sisa jalannya pertandingan, hingga pertandingan berakhir Raini menghampiriku untuk minta tolong.

“Aku boleh minta tolong?” Mohon Raini.

“Minta tolong apa?” Tanyaku

“Ini kan udah sore banget kamu bisa antar Sari pulang ke rumah?” Raini mengajukan permohonan.

“Lah emangnya kamu mau kemana?” Tanyaku balik sebelum menyetujui.

“Aku ada klien ini, lumayan buat jalan-jalan akhir pekan.” Bisik Raini dengan celotehannya sambil berjalan meninggalkanku dan Sari.

Didepan gedung futsal ternyata Raini sudah ditunggu sama salah satu temanku yang memang terkenal anak sultan, dia sering mentraktir teman-teman bahkan futsal hari ini pun dia yang membayar sewa lapangannya. Raini dengan mudahnya masuk kedalam mobil temanku tersebut dan meninggalkanku dan Sari.

“Tadi naik apa emangnya? Kok bisa sampai sini?” Tanyaku sambil berjalan menuju parkiran motor.

“Tadi sih kita pakai ojek online.” Jawab Sari.

“Ouh gitu, oiya maaf ini aku ga bawa helm lagi kamu ga pakai helm gapapa kan ya?” Tanyaku sambil menaiki motor.

“Iya gapapa, semoga saja aman-aman saja, maaf ya ngerepotin kamu.” Jawab Sari sambil menaiki motorku.

“Gapapa santai aja.” Jawabku sambil menarik gas motorku.

Sepanjang perjalanan kami basa-basi agar suasana tidak hening, obrolan kami pun terbilang mencair karena Sari juga masih teman sekelas bahkan kita selingi dengan candaan-candaan yang membuat kami tertawa.

Sari adalah teman sekelasku, dia bisa dikatakan cenderung terlihat kalem dan polos ketika di kelas, dia juga biasanya aktif di sekolah sebagai anggota PMR atau Kesehatan di UKS Sekolah, sempat ada gosip dikelas bahwa Sari pernah menyukaiku tapi aku dan Tika terlanjur jadian.

Sesampainya dirumah Sari, dia menawarkanku untuk mampir sejenak.

“Yuk mampir dulu.” Ajak Sari.

“Ini udah mau gelap, kayaknya aku langsung pulang saja deh.” Jawabku.

“Gapapa mampir kerumahku aja dulu barangkali capek, nanti tak buatkan minuman agar bisa fresh kembali badanmu.” Sari merayuku.

“Baiklah, Terimakasih yaa.” Setelah sekilas berpikir aku menyetujui tawaran Sari, memang benar badanku masih terasa capek-capek dan butuh yang segar-segar.

Kami bangkit sejenak kulepas kaos futsalku dan Sari melepas pula kaos oblongnya, lalu ku bantu Sari melepas kaitan branya yang berwarna Pink itu hingga kulihat dua gundukan padat tanpa bungkusan apapun menambah kesan keindahan ditubuhnya yang seksi itu.

Sari merebahkan badannya lagi ke sofa sambil kedua pahanya dibuka dan kutindih dengan badanku diantara kedua pahanya, kami berciuman kembali sambil kuremas kedua gundukan itu secara bersama-sama.

Lalu ciumanku menurun kelehernya dan ku kecup lehernya dan gerakanku terus turun ku kecup juga salah satu payudaranya yang dihiasi puting mungil berwarna merah muda, dan satunya lagi kuremas dengan tanganku, kulakuan secara bergantian.

“Ahhhhh Uhhhhh Ahhhh.” Sari terus menikmati setiap remasan dan kecupanku di payudaranya.

Seteleh beberapa menit kunikmati kedua payudaranya, kecupanku terus turun di perutnya, hingga tiba diantara kedua pahanya, kulepas celana pendeknya yang terlihat basah, apalagi ketika CDnya yang juga berwarna pink seragam dengan branya lebih basah lagi, ku lepas juga CD pink tersebut. Tangan Sari mencoba menutupi liang vaginanya yang kini sudah tidak terbungkus apapun. Kucoba singkirkan tangan Sari secara perlahan, kali ini dia menurut dan kuciumi permukaan vaginanya yang baunya sangat harum dihiasi oleh bulu-bulu indah tipis diantara, dia sepertinya sangat merawat daerah kewanitaannya itu.

Ketika ku cium dan ku jilati permukaan vaginanya yang terasa masih fresh kurasa dia masih segel keperawanannya. Aku berdiri dan menghentikan aktifitasku itu.

“Ayoo bebb, lanjutkan!!!” Pinta Sari.

Aku hanya terdiam seolah aku tidak ingin merusak masa depan Sari, namun sari kali ini duduk dihadapanku, wajahnya tepat didepan penisku yang menegang keras.

Tanpa ada himbauan, Sari mengulum habis penisku kedalam mulutnya, dia terlihat begitu sangat profesional memainkan penisku dengan lihai dan lidahnya begitu manja menikmati seluruh bagian penisku dan tak lupa pula dia mengkocok dengan tangannya yang halus itu.

“Sllupppp sluupp slupppp.” Kuluman Sari yang terdengar sangat nikmat.

“Auuhhh Uchhhh Auuhhh.” Aku hanya bisa menikmati setiap kuluman dan kocokan Sari sambil mengelus dan menjambak rambutnya secara perlahan.

Setelah cukup lama Sari menikmati penisku, Sari merebahkan badannya lagi ke Sofa sambil melebarkan kedua pahanya.

“Ayooo bebb, Masukkan aku udah tidak tahan.” Pinta Sari.

“Kamu yakin?” Aku yang merasa tidak tega mencoba memastikan kesanggupan Sari.

“Iyaa gapapa, ini kusiapkan semua untukmu.” Jawab Sari yang birahinya sedang tidak karuan.

Aku menuruti saja keingingan Sari, kuoleskan ujung penisku disekitaran vaginanya dan perlahan ku masukkan penisku ke liang vaginanya.

“Eeehhhmmm Uuuchhh Ahhhh.” Eram Sari sambil ku masukkan penisku lebih dalam secara perlahan.

“Uccchhhh, Pelan-pelan yaa bebb.” Keluh Sari.

“Bleessssss.” Aku yang berusaha memasukkan secara perlahan penisku ke vaginanya yang masih sangat sempit akhirnya bisa masuk menyentuh dinding keperawanannya

“Aaaahhhhh Uchhhhhh Sakittt.” Teriak Sari ketika aku menjebol dinding keperawanannya.

Kurasakan kenikmatan saat banyak cairan yang membasahi penisku didalam vagina Sari sama seperti aku ketika menjebol keperawanan Tika. Kudiamkan sejenak sambil kuremas lagi payudaranya yang menggemaskan itu untuk merilekskan Sari.

Setelah Sari merasa lebih rileks. Kugerakkan lagi badanku maju mundur secara perlahan.

“Aaaaahhhh iiiihhhhh Ahhhhh Ihhhh.” Sari mendesah menahan rasa sakit dengan menggigit bibirnya.

Perlahan kutambah kecepatan penetrasiku dengan intensitas meningkat. Sari hanya menikmati rasa sakit sambil mendesah tidak karuan.

“Aaaauuuchhh Uccccchhh Aaaahhhh.”

“Sakittttt Bebb, Uuchchhhhh Ahhhh.

Ku atur irama permainanku dengan mengkondisikan Sari agar tidak terlalu kesakitan.

“Terussss bebbbb, Uucchchhh Accchhh.”

“Enakkkk bangettt, Ahhhhh Iiihhhh ahhh.”

Sari terus mendesah sambil teriak tidak karuan, gerakanku semakin menggebu-gebu ketika otot-otot vagina Sari menjepit dan memijat mesra penisku. Payudara Sari yang menggemaskan itu pun juga ikut bergetar mengikuti irama permainanku.

Beberapa kali kurasakan cairan keluar dari vagina Sari. Penisku mulai berkedut tanda cairan putih akan keluar ku percepat kembali gerakanku.

“Crrrooottt crooott crootttt.” Cairan spermaku keluar bersama bercampur dengan cairan Sari didalam vaginanya.

“Aaaaahhhh Ahhhh ahhhh.” Kami menikmati puncak klimaks secara bersamaan dan ku peluk tubuh Sari dan sesekali kuremas payudaranya.

“Maafkan aku yaa.” Bisikku ditelinga Sari.

“Aku siap jadi yang kedua setelah Tika.” Balas Sari.

Aku menuruti saja apa yang Sari inginkan untuk kebahagiaannya. Kucium lagi pipinya dan keningnya. Sari hanya tersenyum bahagia.

Aku berdiri dan Sari pun ikut berdiri kami berpelukan cukup lama, dan kami berciuman kembali sebagai tanda Terimakasihku kepada Sari.

“Makasih bebb, I Love You So Much.” Bisik Sari dalam pelukanku.

“I Love You too.” Balasku meyakinkan Sari.

Sari berjanji akan selalu sedia jika ia dibutuhkan, dan aku akan juga menjaga Sari layaknya aku menjaga Tika.

Kubereskan semua pakaianku. Dan aku berpamitan kepada Sari karena hari sudah gelap.

Sari kini menjadi kekasihku yang kedua, Sari selalu ada ketika Tika tidak bersamaku dan kami kerap sekali melakukan hubungan seks kadang dirumahnya ketika tidak ada orang bahkan di UKS sekolah jika kondisinya memungkinkan. Secara permainan memang Sari terlihat lebih eksotis dan lebih profesional daripada Tika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *