Setahun yang lalu, suamiku membeli sebidang tanah kebun yang masih belum di garap. Jadi masih banyak semak belukar dan beberapa pohon hutan yang tumbuh. Dan sekarang sedang dibuka oleh beberapa orang penduduk yang di bayar untuk membuka lahan yang akan di jadikan perkebunan tersebut. Karena itulah kami berkunjung ke kampung untuk melihatnya. Yah itu semua hasil dari jerih payah menabung yang cukup lama buat masa depan anak kami kelak.
Dengan menaiki sebuah sepeda motor, kami menelusuri jalan setapak kearah lahan perkebunan tersebut. Beberapa rumah terlihat dengan jarak yang berjauhan, tidak seperti rumah-rumah di kota yang begitu rapatnya sehingga untuk lewat saja sulit.
Tak lama kemudian kami memasuki perkebunan sawit warga setempat, terasa sunyi sekali suasana siang itu. Hanya desiran angin dan rindangnya pohon yang mampu melawan teriknya panas sinar matahari.
Kemudian kami melewati sebuah jembatan kecil sebuah anak sungai, yang tak lebih dari sebuah parit besar ukuran nya. Hutan semak belukar dan beberapa pohon liar mewarnai perjalanan kami yang lumayan jauh. Hingga akhirnya sampai lah di lokasi lahan kami yang sedang di garap.
Ternyata tidak ada seorang pekerja pun yang ada saat itu, akan tetapi lahan kami yang semula merupakan hutan semak belukar telah bersih dan siap untuk di tanami. Suamiku tersenyum memandang ku, lalu ia berkeliling melihat-lihat hasil pekerjaan mereka.
Lama aku menunggu di bawah rindang nya pohon, terasa jenuh aku menunggu. Hingga muncul ide segar dalam benak ku untuk melakukan sesuatu. Kubuka jeans dan baju ku, sambil ku dekati suamiku yang sedang asik melihat-lihat sekeliling lahan kami. Ku dekap dia dari belakang lalu ku usap dadanya.
Sungguh terkejut suamiku saat itu melihat ku hampir setengah bugil. Lalu ia mengajak ku ke tempat di mana aku berteduh dari panasnya sengatan sinar matahari.
“Mama lagi kepingin ya?”
Aku hanya tersenyum mendengar nya.
“Sekarang mama pakai dulu semua pakaian mama”
“Ga mau ah, kepinginnya di sini….di alam bebas. Pasti asik pah…”
“Iya disini…tapi bukan berarti di tempat panas kaya gini ma”
Lalu suamiku memberikan pakaian ku dan mengajak ku masuk ke sebuah hutan kecil dekat lahan kami.
“Kita mau kemana pah?”
“Udah tenang aja, mama pasti suka tempatnya”
Saat kami memasuki hutan kecil tersebut, terdengar desahan kecil seseorang. Karena rasa takut, ku gandeng tangan suamiku. Lalu suamiku memberikan isyarat agar tidak berisik. Sedikit demi sedikit di sibak kan semak yang meng halangi kami untuk melihat apa gerangan yang ada di balik suara desahan itu.
Ternyata ada seorang remaja yang sedang onani sambil bersandar pada sebuah pohon yang miring di pinggir sungai. Sebelah tangannya berada di penisnya dan yang satunya memegang sebuah handphone.
Melihat kejadian itu terasa hasrat seks ku semakin menjadi-jadi, terlebih lagi melihat penis remaja itu yang ukurannya jauh lebih besar dari milik suamiku. Melihat tingkah ku yang menunjukkan bahwa aku terangsang, suamiku membisikkan sesuatu ke telinga ku.
“Ma, sekarang mama buka semua pakaian mama…terus mama dekati dia….selanjutnya terserah mama…”
“Tapi pah….., apa dia ga ketakutan? Nanti di kira mama hantu lagi”
“Udah….kapan lagi ma, ini kan yang mama mau?”
Tanpa ragu, dengan dorongan hasrat seks ku yang sudah mulai memuncak, ku lepaskan semua pakaian ku. Perlahan-lahan kudekati remaja itu dengan hati deg-degan. Meski aku sangat ingin merasakan penis nya yang begitu besar, akan tetapi baru pertama kalinya aku akan melakukan seks dengan orang lain, selain suamiku.
Dengan tubuh ku yang sintal, payudara yang kenyal dan besar aku berjalan mendekatinya dengan penuh hasrat menggoda.
“Ehm…..hai…..”
Betapa terkejutnya pemuda itu, segera di naikkan celananya menutupi penis nya.