Desahan wanita paruh baya itu begitu kuat.
Dia memegang kendali di atas, menggoyangkan tubuhnya maju mundur layaknya profesional.
“Udah Ma, aku ngerasa kok kayak ada yang beda.” Pinta Yudha, menghentikan pergulatan ranjangnya. Dia merasa, ada sesuatu yang berbeda dengan istrinya.Perasaan yang hanya bisa dimengerti oleh pasangan yang telah menikah selama kurang lebih 10 tahun, meski mereka belum juga dikaruniai keturunan.
“Kenapa sih, Pa? Lagi enak juga. Orang Mama nggak ada apa-apa kok, dikatain beda.”
Dengan muka ditekuk, Mayang turun dari posisinya.
Berpindah ke ranjang dan memakai kembali, lingeri yang tadi dipakai menggoda suaminya.
Ia tak basa basi, terlanjur kesal karena mendadak permainan ini dihentikan.Menggerutu tak habis-habisnya wanita berusia 35 tahun ini.
Pagi menjelang, saat Yudha bangun, dia tak melihat istrinya disebelahnya.
Terdengar suara sibuk di dapur,
“Ah, Mayang sudah bangun untuk masak.”
Yudha perlahan membuka pintu kamar untuk menuju dapur.
“Masak sarapan apa, Ma?” Tanyanya lembut.
“Apa aja yang bisa dimakan.” Jawab Mayang ketus.
“Ya udah, Papa mau mandi dulu, nanti ada meeting sore jadi pulangnya agak malam ya Ma.
Mayang tersenyum sinis mendengar ucapan suaminya.
“Ah, akhirnya mas Yudha lembur juga.”
“Selamat pagi, Pak. Mobil sudah siap. Berangkat sekarang?” Tanya Alan, supir pribadi Yudha.
“Iya, ayok saya takut jalanan macet.”
Dengan tangan sigap, Alan membukakan pintu mobil.
Pria berusia 45 tahun ini memiliki paras lumayan tampan, dengan keturunan sunda, badan kekar nan atletis, lebih cocok jadi
“Ati-ati, Pa.”
Mayang melambaikan tangan dari depan pintu, sangat manis senyumnya saat melepas keberangkatan suaminya.
Ia senang karena suaminya lembur, sambil kegirangan, dia masuk ke rumahnya dengan tersenyum