Aku tidak melawan, kuikuti apa yang ia lakukan. Lagi-lagi paman tidak berbohong. Bibi, masih sambil tidur, memberiku jalan untuk menyetubuhinya. Dengan bantuannya, aku bisa menemukan lubang memeknya tanpa susah payah. Begitu ujung kontolku sudah menancap, aku pun segera mendorong penisku kuat-kuat.
”Heghhk!!!” aku melenguh keenakan saat batangku terbenam seluruhnya. Nikmat kurasakan saat dinding vagina bibi berkedut-kedut pelan, seperti memijat dan mengurut penisku begitu rupa.
Dengan gerakan halus, aku mulai menariknya, lalu memasukkannnya lagi. Menariknya lagi, memasukkanya lagi. Begitu terus hingga gesekan antara batang kontolku dan dinding-dinding kemaluan bibi terasa begitu nikmat. Memek bibi kurasakan semakin berdenyut, begitu juga dengan batang kontolku. Semakin kupercepat genjotanku, semakin terasa kencang pula kedutannya.
Aku yang baru pertama merasakan nikmat persetubuhan, benar-benar terbuai. Begitu legitnya memek bibi hingga membuatku tak bisa menahan diri lebih lama. Mungkin hanya sekitar sepuluh kali aku memaju-mundurkan kontolku, sebelum akhirnya aku menggeram dan memuntahkan cairan spermaku di dalam benda itu. Dibarengi denyut kontolku yang menguras isinya, aku pun terkulai lemas. Capek tapi puas. Sangat puas. Juga sangat senang karena sudah berhasil menikmati tubuh wanita yang selama ini selalu menggodaku.
Tapi, apakah bibi puas juga dengan permainanku yang cuma sebentar itu? Rasanya tidak. Paman saja yang bisa bertahan lebih lama, kadang tidak bisa memuaskannya. Apalagi aku yang cuma sepuluh tusukan tadi…
Ah, tapi tenang, masih ada ronde kedua. Setelah beristirahat, aku pasti bisa bertahan lebih lama. Malam masih panjang. Masih banyak waktu bagiku untuk memuaskannya. Pelan-pelan kucabut kontolku yang kini sudah terkulai lemah. Rasa lega dan nikmat luar biasa masih kurasa di kepala kontolku. Aku ambil taplak meja, dan pelan kuusap memek bibi, kubersihkan dari lelehan spermaku. Aku tak merasa takut sama sekali, karena kata paman, paling bibi merasa mimpi basah.
Malam itu, kusetubuhi dia lima kali. Semakin lama, aku semakin kuat bertahan. Bahkan di permainan yang kelima, saat hampir mendekati subuh, kugoyang tubuh bibi hingga 15 menit. Bibi bahkan sedikit melenguh dan mengimbangi goyanganku. Sepertinya dia ngelindur.
Puas menumpahkan spermaku di dalam memeknya, cepat-cepat aku kembali ke kamar setelah terlebih dahulu merapikan daster bibi dan menyeka cairanku yang berceceran di selangkangannya.
Paginya, saat ketemu di meja makan untuk sarapan, kulihat wajah bibi ceria sekali. Aku jadi agak tenang, apa kata paman memang benar, pikirku. Tapi apa pantas kupanggil dia paman setelah kutiduri istrinya yang cantik? Ah, tidak apa-apa, toh dia yang menyuruh. Mengingatnya, hatiku jadi agak tenang.
Siangnya, sepulang sekolah, bibi sudah menungguku di depan TV. ”Nonton yuk, bibi punya kaset baru.”
Tidak bisa kutolak ajakannya. Dan seperti biasa, dia mengelus dan mengocok penisku dari luar celana. Benda ini sudah pernah masuk ke dalam memek bibi, merasakan kerapatan dan kehangatannya! batinku dalam hati.
”Kok dikit amat?” tanya bibi curiga saat melihat maniku yang cuma menetes dua kali.
Semalam sudah keluar banyak di memek bibi, ini cuma sisanya! Tapi tidak mungkin aku berkata seperti itu. ”Nggak tahu, Bi. Kecapekan kali, tadi sekolah aku main sepak bola.” itulah jawaban yang aku berikan.
Dan untungnya bibi percaya. Dia tidak bertanya apa-apa lagi.
Kira-kira empat hari setelah persetubuhan pertamaku, kulihat bibi sudah mulai cemberut lagi. “Bibi kangen pamanmu lagi,” katanya.
“Apa, Bi?” aku sedikit tidak konsen dengan omongannya. Aku sedang mengejar orgasmeku yang sebentar lagi sampai. Tak sampai satu menit, aku pun muncrat.
Setelah membersihkan tangannya dengan tisue, bibi mengganti tayangan bokep di TV dengan sinetron biasa. “Kemarin pas kangen gini, bibi mimpi ketemu pamanmu, jadi rindu bibi sedikit terobati. Mudah-mudahan malam ini bibi bisa mimpi ketemu dia lagi.” katanya penuh harap.
”Kemarin Itu aku, Bi…” jeritku dalam hati. “Emang mimpi apa, Bi?” aku bertanya, pura-pura tidak tahu.
“Mimpi basah,” sahutnya singkat.
“Emang perempuan bisa mimpi juga?” tanyaku jujur, aku memang tidak tahu kalau perempuan bisa mimpi juga.
“Emangnya cuma lelaki aja.” bibi mengacak-acak rambutku. “Kamu kalau tidur, kalau ada yang jahil, kerasa gak?” tanyanya kemudian.
“Nggak, Bi. Nggak kerasa sama sekali.” kataku, mempertahankan kebohonganku tempo hari.
Waktu belum pukul sembilan, tetapi aku telah pura-pura terlelap depan TV. Bibi mengikuti dengan berbaring di sebelahku. Setelah sekitar 15 menit, tiba-tiba kurasakan usapan-usapan lembut di celah pahaku.
“Duh, dasar! Kok sudah tidur sih?!” kudengar bibi berguman. Aku hanya diam saja, tetap pura-pura tidur. Tak lama, kurasakan usapannya makin mendekati daerah kemaluanku. Aku tetap diam. Saat itu bibi sudah mematikan lampu ruang tengah, bahkan lampu dapur juga dia matikan, sehingga keadaan sekarang gelap gulita. Hanya cahaya TV yang menerangi apa yang sedang dia lakukan.
Usapan bibi makin berani, dia sekarang meremas-remas kontolku. Kemudian kurasakan dia membuka resleting celanaku, dan kembali dia meremas gundukan kontolku yang masih terlindung celana dalam. Saat itu kontolku sudah mulai bangkit. Sungguh, saat itu, aku hanya bisa pura-pura tidur. Aku harus tetap diam karena sudah telanjur ngomong aku kalau tidur kayak orang mati.
Sampai kemudian kurasakan tangannya mengeluarkan kontolku pelan, inilah untuk pertama kali bibi memegang kontolku secara langsung. Rasanya nikmat banget saat jemari lentiknya membungkus dan memegang erat batangku, mengocoknya perlahan. Membuatku mendesis dan menggeram nikmat tertahan. Kudengar nafas bibi juga sudah mulai berat. Ia menggumam-gumam, seperti mengagumi ukuran dan panjang penisku.
”Gede banget… panjang… bikin ngilu… enak…” itulah sederet kata-kata yang kudengar keluar dari bibir manisnya.
Tiba-tiba dia menghentikan kocokan. Aku yang sudah mulai naik, sesaat sudah ingin protes. Biarlah samaranku terbongkar, yang penting aku bisa terus menikmati belaian tangannya. Sampai kemudian kurasakan kontolku seperti dihisap-hisap… oh, bukan! Kontolku dimasukkan ke dalam lubangnya yang bisa menghisap. Lubang memeknya. Bibi telah menunggangiku. Dia menduduki penisku yang sudah mengacung tegak ke atas hingga amblas seluruhnya, masuk ke dalam lubang surgawinya.
Rasanya sungguh nikmat. Kalau dulu aku yang aktif, sekarang gantian bibi yang aktif. Dengan cepat dia segera menggoyang tubuhnya hingga membuatku tak kuasa untuk menahan rasa. Geli, nikmat, dan enak bercampur menjadi satu, menjalar ke seluruh tubuhku. Saat kurasa spermaku sudah hampir muncrat, bibi tiba-tiba menggeram dan menduduki penisku dalam-dalam. ”Heghh!!!” dia memekik saat dari dalam memeknya menyembur cairan hangat. Deras dan banyak sekali. Kontolku rasanya seperti disiram air teh.
Aku yang terkaget-kaget, menyusul tak lama kemudian. Tanpa melepas penis, kutembakkan pejuhku ke mulut rahim bibi. Beberapa kali kedutan kurasakan sebelum akhirnya berhenti dan membuatku lemas. Melenguh keenakan, bibi segera mencabut memeknya dan kurasakan tangan bibi merapikan kembali celanaku, sebelum akhirnya dia melangkah menjauh, meninggalkanku sendirian di ruang tengah. Sedetik kemudian, kudengar pintu kamarnya ditutup dan dikunci dari dalam.
Selesailah permainan kami malam itu. Sama-sama ingin, sama-sama puas.
Setiap paman akan berangkat kerja istrinya aku pakai, untuk memuaskan hasrat nafsu bibi yang menggebu-gebu. Paman selalu menitipkan bibi kepadaku.
Sejak itu, kami tak ragu lagi untuk mengulangnya. Tidak ada lagi batas bibi dan keponakan diantara kami berdua. Di usiaku yang baru berjalan 14, aku telah merasakan nikmatnya dunia. Hampir tiap hari kami melakukannya. Tamat Cerita Sex Bibi ku yang Nakal dan Senang Mengajakku Mesum
>>TAMAT<<
Link Cerita Dewasa Lengkap dan Seru ada di sini!!!….