Pertama-tama perkenankan aku memperkenalkan diri, namaku Dian, 24 tahun. Aku kini hampir setahun bekerja di sebuah biro iklan tak lama setelah lulus kuliah. Dilihat secara fisik aku terbilang cantik, setidaknya begitulah yang dikatakan orang-orang. Tubuhku 169 cm dengan kulit putih mulus dan membentuk lekukan indah. Rambutku hitam panjang sedada dan mata yang bulat.
Oke kukira cukup perkenalan diriku, kalau kebanyakan ntar dibilang narsis lagi hehehe. Kisah ini terjadi ketika seorang sahabatku, Sandra, akan berangkat keluar kota menyusul suaminya ke kota G tempo hari, ia telah memintaku sekali-kali untuk menengok keadaan rumahnya selama ia tidak di rumah. Rumah mereka hanya ditinggali seorang anak asuh mereka, Alfi yang usianya baru akan beranjak 17 tahun.
Ia bertubuh kurus dan berkulit hitam, mereka baru sekitar satu tahunan mengadopsinya. Tak banyak yang kutahu mengenai anak itu. Setahun belakangan semenjak Sandra menikah aku jarang mampir ke rumah mereka hanya sempat kadang telepon-teleponan dengannya.
Sandra juga mempergunakan jasa pembantu bik Nah, orangnya sudah tua namun hari ini ia minta izin untuk pulang mudik selama satu minggu. Kebetulan hari sudah agak malam saat aku mampir, Alfi yang membukakan aku pintu, kulihat ia senang sekali melihatku datang.
“Fii, Bik Nah udah berangkat ya?” tanyaku
“Iya kak, tadi pagi-pagi sekali…Kak, Kakak nginap di sini,kan?”
“Ngga Fii, kakak hanya sebentar. Habis nengok Kak Sandra kakak langsung pulang”
“Nginep aja kak, temani Alfi. Soalnya Alfi takut tinggal sendirian di rumah”
Aku menimbang permintaan Alfi, mungkin ada baiknya aku nginap di sini. Walau bagaimanapun Alfi masih anak-anak berbahaya baginya tinggal sendirian saat ini.
“Baik, kakak nginap malam ini”
“nah gitu, sekarang Alfi buatin kakak minum dulu ya”
Alfi menghilang ke dapur, tak lama ia kembali dengan segelas air jeruk hangat. Tak menunggu lama kuhabiskan sebab aku memang haus dan penat.
“kakak tidur di kamar kak Sandra saja ya. Air hangat juga ada di kamar mandi”
Aku tersenyum geli mendengar ucapan anak itu, tentunya Sandra mendidik ia agar bisa mandiri dan bertanggung jawab.
“makasih Fii, kakak mau mandi dan mungkin langsung tidur. Kamu sudah periksa semua kunci pintu keluar kan?”
“Sudah semua Kak”
Semua lampu pada semua ruangan segera dimatikan Alfi. Aku segera membuang kepenatanku dengan mandi air hangat di bawah siraman shower. Selesai mandi rasa haus masih mengangguku hingga aku bergegas ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa menghidupkan lampu aku mampu melihat arah menuju ke dapur.
Saat melewati kamar di lantai bawah, aku tercekat…kudengar suara nafas yang agak memburu dan desah tertahan…dan semakin jelas ketika aku mendekat, kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat dan ada sedikit celah yang memungkinkan aku bisa melihat isi kamar dari pantulan cermin yang terletak berserangan dengan letak pintu, dan kini aku yang terhenyak.
Dari pantulan cermin kulihat Alfi, telentang di atas ranjang telanjang dan tangannya sedang menggenggam kemaluannya, bergerak teratur naik turun, tentu saja aku tahu kalau anak itu sedang bermasturbasi. Aku pernah membaca suatu artikel bahwah Remaja seusia Alfi sedang memasuki masa puber.
Mereka mulai tertarik dan menyukai lawan jenisnya. Remaja seusia itu sedang berkembang organ reproduktif. Angan-angan dan fantasi seks membawa mereka untuk melakukan masturbasi. Namun yang membuatku terpana adalah ukuran kemaluan anak itu…, sangat besar dan panjang…bahkan terlalu besar untuk ukuran anak seusianya.
Aku pernah melihat kemaluan pria dewasa pada sebuah situs X di internet, kubandingkan dengan milik Alfi ternyata ukurannya nyaris sama besarnya! Sekilas terlihat kalau genggaman tangan anak itu sama sekali tak menutupi kepala kemaluannya yang tampak merah dan belum disunat.
Alfi masih mendesah perlahan dan tiba tiba ia mempercepat gerakan tangannya lalau tubuhnya mengejang dan dari lubang pipis kepala kemaluannya keluar dengan semprotan yang cukup keras melambung keudara dan cairan itu mendarat didadanya, beberapa kali kepala kemaluan itu Nampak menyemprotkan cairan dan akhirnya dengan lesu tangan pemuda berusia 16 tahun itu mengendur dan menggapai tissue di meja sisi ranjang.
Suatu perasaan ‘menggelitik’ mulai menerpaku turun ke ke bawah ke antara kedua kakiku…aku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu. Aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah. Aku yang sempat terpana segera sadar dan cepat cepat menuju ke kamarku, kalau saja sampai terlihat, aku… menonton ia bermasturbasi wah