Tuesday, December 24, 2024

Kenikmatan Office boy Yang Tak Kudapatkan Dari Suamiku

Perlahan-lahan motor Honda berwarna hitam itu memasuki sebuah jalan cukup lebar di kompleks perumahan elite . Pengemudinya yang berkulit coklat tua menjurus hitam itu kelihatan sedang mencari-cari nomor rumah tertentu, menandakan bahwa ia bukan penghuni di jalan itu. Akhirnya ditemukannya nomor yang dicarinya, motornya dihentikan didepan rumah cukup besar dan terletak agak tinggi dibandingkan jalanan.

Si pengemudi yang terlihat masih muda sekitar duapuluhan dengan ciri biologis pribumi asli itu lalu turun dan mematikan motornya, agaknya ragu-ragu namun kemudian mengajukan langkahnya mendekati pagar pintu besi, dan dicarinya tombol bel yang seperti pada umumnya rumah-rumah baru di situ agak tersembunyi di belakang pintu besi itu.

Setelah memencet ketiga kalinya maka pintu rumah itu terbuka, muncullah pemuda yang agaknya si penghuni rumah berusia sekitar akhir dupuluh atau awal tiga puluhan tahun.

“Selamat sore pak Ridwan”, tegur sang pemuda tamu setelah melepaskan helm penutup kepalanya sehingga terlihat rambutnya yang tebal agak bergelombang dengan wajahnya lumayan cukup keren berkumis, disertai senyum agak malu dan menoleh ke kiri ke kanan, ternyata jalanan itu cukup sepi.

Selamat sore dik Reza, ayo masuk tak usah malu dan sungkan, bawa masuk aja motornya, biarpun disini biasanya cukup aman tapi kan engga tahu kalau yang niat jahat bisa ada dimana saja”, demikian sambutan ramah sang tuan rumah yang berkulit jauh lebih bersih dengan raut wajah khas keturunan.

Reza mengangguk setuju lalu membawa motornya melewati pintu pagar besi itu, kemudian didorong menaiki jalur masuk kedepan garasi yang memang terletak agak tinggi dibandingkan jalan di depannya.

“Adik Reza sudah makan belum ?”, tanya tuan rumah Ridwan.

“Sudah pak, ditengah jalan saya mampir di warung gudeg kesenangan saya”, jawab Reza, “ini pesanan bapak saya bawakan”, lanjutnya lagi sambil menyerahkan bungkusan kecil kepada Ridwan.

“Oh ya, terima kasih , ayoh masuk dan minum dulu, kan capek dijalan pasti macet tadi, kita ngobrol-ngobrol sebentar, jangan malu-malu engga ada siapa-siapa hanya istri saya di rumah, tapi dia lagi mandi”, lanjut Ridwan dan menatap Reza disertai kedipan mata penuh arti.

“Iya deh pak , tapi engga lama nanti takut hujan nih”, Reza mengikut dibelakang Ridwan yang masuk melewati pintu rumahnya menuju ruang terima tamu.

“Ayoh silahkan duduk, kalau hujan ya tak apa-apa, kan kini di bawah atap jadi engga basah kalau nunggu disini, dik
Reza mau minum hangat atau dingin segar ?”, tanya Ridwan.
“Engga usah repot-repot pak, seadanya saja”, jawab Reza masih agak sungkan.

“Biasanya kalau jam-jam segini enak minum teh jahe, pasti adik senang teh jahe ginseng nanti – badan jadi terasa hangat, segar dan dapat tambah enersi”, lanjut Ridwan, kembali dengan kalimat yang rupanya menjurus ke arah maksud tertentu.

“Nanti saya cari dan lihat dulu dimana letaknya bungkusan teh itu, maklum pembantu lagi sakit dan yang biasanya bikin teh ginseng ini istri saya, tapi mungkin dia sudah selesai mandi”, demikian Ridwan sambil melanjutkan langkahnya menuju kebagian dalam rumah yang cukup besar itu.

“Baiklah pak, saya ikut aja apa yang biasanya bapak dan ibu minum di waktu sore”, jawab Reza.

Ridwan melangkah masuk kedapur dan ternyata disitu berdiri Vonny istrinya yang telah selesai mandi, dengan rambut masih agak tergerai di pundaknya, memakai baju rumah terusan pendekputih yang hanya menutup setengah pahanya, berwarna putih cukup merayang tanpa BH sehingga dengan nyata terlihat puting buah dadanya dan celana dalamnya yang berbentuk string. Vonny rupanya sedang membuat kopi dengan alat Philips Senseo sehingga aroma harum memenuhi dapur itu.

Ridwan memeluk istrinya Vonny dari belakang, menciumi pundak serta lehernya yang putih jenjang, jari jemarinya yang iseng meraba raba pinggang Vonny merantau ke depan lalu meremas ketiaknya, mulai meremas remas gundukan gunung kembar yang tak tertutup BH sehingga terasa sangat padat kenyal itu.

Tak sampai di situ saja Ridwan mulai menarik tanktop yang dipakai istrinya sehingga naik ke atas mencapai bulatan pinggulnya, menyebabkan betis dan kedua pahanya terpampang jelas, kemudian mulai pula diraba dan dielus-elus paha serta bulatan pinggul Vonny.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *