Saat sekilas kutatap bagian ketiaknya, kulihat sesuatu yang luar biasa. Bulu ketiak Tante Juliet ternyata lebat sekali. Aku terkesiap. Wow..! seperti tidak percaya melihat bulu hitam rimbun itu menghiasi bagian bawah lengannya. Kuangkat tangan kanannya. Sama lebatnya.
Wow..! Aku belum pernah melihat bulu ketiak selebat itu. Dengan lembut kuraba kedua ketiak itu. “Nggak pernah dicukur ya Tante..?” kataku penasaran. “Sony sayang, seorang cewek yang bulu keteknya lebat itu berarti nafsunya tinggi sekali sayang… Coba kamu rasakan nikmatnya…”
Lalu kucium ketiak berbulu lebat itu. Wow..! Enak e rek..! Bau asli tubuh aduhai itu menyergap hidungku. Bau alami itu bertambah dengan bulu lebat, sepanjang hampir 6-9 cm. Dari ketiak kanan, aku pindah ke ketiak kiri.
Sama, ternyata aroma dan sensasi bulunya yang sebelah kiri dengan yang kanan tidak berbeda. Aku terangsang sekali, sehingga batang kejantananku tambah menegang. Dengan hidung dan mulut di ketiak kirinya, kedua tanganku meraba kedua puting susunya.
Keras sekali. Kupegang lembut susunya yang tergantung itu. Kenyal sekali. Nafsuku semakin berkobar. Akhirnya baju atasnya itu kulepas. Dan, wow..! Susunya besar dan kencang, dengan puting mungilnya yang mengeras. Puting itu berwarna kecoklatan.
“Ayo remas susu Tante, Son..!” katanya. Lalu kuremes pelan kedua susunya. “Oh yesss..! Nikmat Son.., teruskan Sayang..!” Kuciumi lehernya, tengkuknya, telinganya, bahunya, dan ketiaknya sambil mempermainkan puting dan payudaranya.
“Tante, Sony suka ketek berbulu lebat Tante, tetek dan puting Tante juga, ehm…” Tante Juliet tersenyum, kupandangi tubuh indah itu yang sekarang tinggal bercelana dalam tipis. Baru kusadar, di bawah pusarnya tampak segitiga warna hitam. Bentuknya mirip celana dalam,
Tante Juliet langsung menggenggam batang kejantananku dengan kedua tangannya sekaligus, sepertinya dia mengukur panjang batang kemaluanku. “Wow.., Son punya kamu dua kali genggaman tanganku…” katanya. Kemudian dia menggenggamnya, tidak terlalu keras, sesaat saja, lalu dilepas.
“Panas sekali punyamu Son..” bisiknya mesra. Tidak lama kemudian, batang kejantananku mulai dilahap oleh Tante Juliet. Mulutnya yg sensual itu seperti karet, mampu mengulum hampir seluruh batangku,membuatku seakan terlempar ke langit ke-7 merasakan kenikmatan yg tiada taranya.
Dengan ganasnya, mulut Tante Juliet menyedoti penisku, seakan-akan ingin menelan habis seluruh isi batangku. Tubuhku terguncang-guncang dibuatnya. Dan Tante Juliet nan rupawan itu masih menyedot dan menghisap batang kejantananku tersebut.
Belum puas dengan yang itu, Tante Juliet mulai menaik-turunkan kepalanya, membuat penisku hampir keluar setengahnya dari dalam mulutnya, tetapi kemudian masuk lagi. Begitu terus berulang-ulang dan bertambah cepat. Gesekan-gesekan yang terjadi antara permukaan penisku
dengan dinding mulut Tante Juliet membuatku hampir mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan permainan mulut Tante Juliet yang semakin bertambah ganasnya. Beberapa kali aku mendesah-desah. “Ohhh… yesss… Tante sungguh hebattt… ohhh…
Tante udah ya… Sony nggak tahan nich..!” kataku. Kami menuju sofa, terus duduk berdua berhadapan telanjang. Terus kucium bibirnya, pipinya, dan keningnya. Terus dia berdiri. “Mau kemana Tante..?” tanyaku. “Ambil minuman Sayang.., tenggorokanku kering habis ngemut punyamu..”
Tante Juliet berjalan menuju kulkas, mengambil botol besar Coca-Cola. Aku sangat teransang sekali sewaktu dia berjalan membelakangiku. Dia berjalan dengan menggoyangkan pinggulnya sambil kedua tangannya diangkat ke atas, sehingga kedua ketiaknya yang lebat itu terlihat samar.
Ohhh… pantatnya yang bulat dan besar itu seakan membuatku jadi salah tingkah, sehingga kemaluanku bangun lagi. Lalu saat dia kembali ke sofa, terlihatlah sekarang dengan jelas bulu ketiaknya dan bulu kemaluannya yang lebat itu, dan lagi susunya yang besar itu, ohhh…
Lalu kami minum bergantian dari botol yang sama. Kemudian bersandar ke sofa, sama-sama diam. “Gimana Tante, udah segar sekarang..?” tanyaku. “Ya dong Sayang… aduhhh… punya kamu koq kecil lagi..?” katanya sambil mengelus kemaluanku, dan aku hanya tersenyum.
“Sony sayang, jilatin punya Tante dong Sayang..!” katanya sambil terus berdiri di depanku. Lalu kucium paha kanannya, lalu kiri, lalu kanan, lalu kiri lagi, lalu pusarnya. “Ohhh.. yeesss… teruskan Sayang… ohhh… sedeppp.. ahhh..!” katanya.
Karena nafsunya, akhirnya Tante dengan tidak sabar langsung menarik kepalaku dan wajahku ditempelkannya ke bibir kemaluannya yang penuh dengan bulu lebat itu. Kunaik-turunkan lidahku di vagina yang lebat bulu itu. Lantas dia mengangkat satu kakinya di sofa.
“Ayo jilat lebih dalam Sony sayang..!” katanya. Dengan lembut kugesekkan lidahku ke klitorisnya, lalu labia mayoranya. Aku merasakan begitu banyak cairan yang keluar. “Ayo sayang sedot cairan Tante… ohhh.. yeess..!” katanya sambil mendesis. Lalu langsung saja aku menyedotnya,
“Slurping.., lumayan juga ya Tante… segar juga..” Mungkin inilah jamunya seorang pria, cairan vagina wanita lajang yang masih virgin. Tante Juliet tidak tahan dengan perlakuanku, badannya terutama kakinya sampai gemetar bagai terkena setrum,
lalu dia duduk di sofa dengan kakinya dibukanya lebar-lebar. “Ayo sayang, bikin Tante keluar… ohhh… yesss..!” katanya. Kepalaku menyeruak masuk ke dalam, terus kedua kakinya kuangkat, sehingga terkuaklah bagian bibir kemaluannya.
Kujulurkan lidahku ke liang senggamanya yang basah itu. Kujilat.., lepas.., jilat.., lepas.., kudiamkan, berulang-ulang, Tante Juliet jadi gemas dibuatnya. “Ayo dong Sayang. Kamu jahat deh.., Son. Tante udah nggak tahan nich..!” katanya. “Ya Tante, maafkan Sony…” kataku.
“Ayo Son, tunggu apa lagi… cepet bikin Tante keluar..!” katanya sambil mendesis lagi. Dengan kedua jempolnya, tante merentangkan bibir vaginanya agar lebih terbuka. Merah tua kecoklatan dan mengkilat basah terlihat jelas warna vaginanya.
Klitorisnya mengeras, seperti biji kacang garing cap “Garuda”.. ini kacangku. Lalu dengan lembut kutempelkan ujung lidahku ke klitorisnya yang mulai keras itu. Terus kulanjutkan dengan ilmu jilatan ala Shaolin seperti yang diajarkan Tante Juliet.
“Ahhh… yesss.., nikmat.., terus dong Sayang..!” katanya. Sekarang lidahku mulai bermain dg kecepatan 350 km/jam… Klitoris itu kujilati terus… terus… dan terus… Hingga tubuh tante bergetar hebat. Lidahku terus menjelajah ke labia mayora, sampai banjir permukaan vaginanya
“Ouhh… yesss… Son… kamu pintar deh…” katanya. Lalu aku sekarang duduk di sofa dan tante langsung jongkok di depanku dan menyuruhku membuka kaki lebar-lebar. Batang kejantananku yang sudah tegang itu tepat berada di depan wajahnya. Lalu dia mulai menjilati kakiku,
mulai dari jempol kakiku dan yang lainnya. Dia naik ke betisku yang berbulu lebat, persis hutan di Kalimantan. Ohhh… lalu naik lagi ke pahaku, dielusnya dan dijilatinya, ohhh… setelah itu dia berpindah ke lubang anusku. Diciumnya, dijilatinya dan ohhhh…
dimasukkannya jari tengahnya ke lubang anusku. Ohhhh… nikmatnya. Lalu dia mulai mengelus-elus batang kemaluanku dan tangan satunya memijit-mijit ‘my twins egg’-ku. Aahhh… aku mengerang kenikmatan. Kemudian dia memasukkan batang kejantananku ke mulutnya,
Sony… hhhmm..!” Batangku dimasukkannya lagi, dan sekarang dia memasukkan dengan lebih dalam dan dihisap lebih keras lagi. Setelah beberapa kali keluar masuk, cairanku keluar di dalam mulut tante, dan langsung ke dalam tenggorokannya,
terasa tengorokannya mengecil dan jari di lubang pantatku lebih ditekan ke dalam lagi, sampai semuanya masuk. Aku benar-benar merasakan enak yang sulit dikatakan. Perlahan-lahan dikeluarkannya batang kemaluanku. “Punya kamu enak Sony sayang… Tante suka..!” katanya.
Lalu kuangkat tubuh Tante Juliet ke lantai, dan kubaringkan. Perlahan kubuka pahanya lebar-lebar. Liang senggamanya yang tertutup bulu lebat itu mungkin sudah terbuka agak lebar, habis pandanganku tertutup bulu yg lebat itu. “Tante, Sony udah nggak tahan nich..!” kataku memohon.
“Sabar dong Sayang… biar Tante yang memasukkan batangmu, ya..?” katanya. Lalu tangan tante memegang penisku, dan membimbingnya ke lubang kenikmatannya. “Tekan disini Son… pelan-pelan yaaa..!” Lalu dengan hati-hati dia membantuku memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya.
Belum sampai setengah bagian yang masuk, dia sudah menjerit kesakitan. “Aaa.. sabar Sayang… oohhh… pelan-pelan Son..!” tangan kirinya masih menggenggam batang kejantananku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu keras, sementara tangan kanannya meremas-remas rambutku.
Aku merasakan batang kejantananku diurut-urut di dalam liang kewanitaannya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tetapi tangan tante membuat panisku susah untuk memasukkan lebih dalam lagi. Aku menarik tangannya dari batang penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya.
Kemudian kudorong batang kejantananku masuk sedikit lagi, “Ohhh.. yeess.. ohhh… ssshhh.. aachh… ohhh.. Sayang..!” kembali tante mengerang dan meronta. Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak sabar lagi kupegang erat-erat pinggulnya supaya dia berhenti meronta.
Lalu kudorong sekuatnya batangku ke dalam lagi. Kembali tante menjerit dan meronta dengan buasnya. Aku berhenti sejenak, menunggunya tenang dulu, lalu, “Lho koq berhenti.., ayo goyang lagi donk Son..!” katanya. Lalu aku menggoyangkan penisku keluar masuk di dalam vaginanya.
Tante terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dg goyanganku. Lama juga kami bertahan diposisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis sambil memejamkan mata, menikmati irama permainan kami. Tiba-tiba kurasakan bibir kemaluannya menjepit penisku dg sangat kuat,
tubuh tante mulai menggelinjang, nafasnya mulai tidak karuan, dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri. “Ohhh… ohhh… Sayang.., Tante udah mo keluar nich… sshh… aaahhh..” katanya dengan goyangan pinggulnya sekarang sudah semakin tidak beraturan,
Aku semakin mempercepat goyanganku. “Aaahh… Tante… keluar Son.., ohhh… endanggg..!” dia mengelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasakan bahwa aku akan keluar tidak lama lagi, dan akhirnya,
“Ahhh… sshhh… ohhh..!” kusemprotkan cairanku ke dalam liang kenikmatannya. Lalu kucabut batang kemaluanku dan terduduk lemas di lantai. “Kamu hebat Sayang… udah lama Tante nggak pernah klimaks… oohhh..!” katanya girang. “Ohhh… Sony cape’ Tante..,
udah tiga kali baginian… uhhh..!” Tante kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sehabis tante dari kamar mandi, dia menuju ke arahku lagi dan membersihkan batang kejantananku dengan lap. Sambil membersihkan penisku, dia berkata,
“Son.., kamu belum selesai ditest… sekarang kamu kerjain Tante dari belakang ya..?” katanya. Dia terus membelakangiku dan pantat serta vaginanya terlihat merekah dan basah, tetapi bekas-bekas spermaku sudah tidak ada. Sebelum kumasukkan batang kejantananku,
kujilat dulu kemaluannya dan lubang pantatnya. Tercium bau sabun di kedua lubangnya, dan sangat bersih. Cairan dari vaginanya mulai membasahi bibir kemaluannya, ditambah dengan ludahku. Dari ujung penisku terlihat cairan menetes dari lubangnya.
Kuarahkan batang penisku ke lubang vaginanya, dan menekan ke dalam dengan pelan sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari kemaluan kami berdua, dan cukup lama aku memompanya dengan posisi ini.
Tante kemudian berdiri dan bersandar ke dinding sambil membuka pahanya lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas. Dari bawah, vaginanya terlihat sangat merah dan basah. “Ayo.., masukin lagi sekarang, Son..!”
Aku dengan senang hati berdiri dan memasukkan batang penisku ke lubang vaginanya. Dengan posisi ini aku mengeluar-masukkan kejantananku lebih bersemangat. Setiap kali aku mendorong batang kejantananku ke liang senggamanya, badan tante membentur dinding.
Sambil memeluk tubuhku dan berciuman, dia berkata, “Son.., Tante mo keluar nich..!” Lalu bibir vaginanya diperkecil dan memijat batang penisku. Kami keluar bersamaan, aku masih bisa juga keluar walaupun tadi sudah keluar dua kali. Dan yg kali ini sama enaknya dg yg sebelumnya.
“Sony.., kamu benar-benar hebat… kamu lulus Sayang..!” katanya sambil memeluk dan mencium bibirku. Terus kami berdua mandi untuk membersihkan badan kami. Nah.., mulai sejak itu, aku menjadi seorang gigolo yg kerjanya hanya memuaskan janda-janda kaya yang butuh kepuasan birahi.